http://pengadilan.net

Transaksi 'm-banking' tanpa rekening bank Cetak halaman ini Kirim halaman ini melalui E-mail
Ditulis Oleh user1   

oleh : Ratna Ariyanti

Di sebuah toko kelontong, seorang pembeli telah selesai memilih beberapa barang kebutuhan sehari-hari. Dia lalu berjalan mendekati penjual yang berdiri di belakang meja etalase. Alih-alih mengeluarkan uang untuk membayar, pembeli tadi malah mengeluarkan ponsel dan mengetik pesan pendek.

Ternyata bukan hanya pembeli saja yang asyik berkutat dengan ponselnya, penjual juga terlihat sibuk dengan ponsel kepunyaannya. Tak lama kemudian, keduanya -pembeli dan penjual-- saling berpandangan, pembeli tersenyum dan menganggukkan kepala, penjual ganti tersenyum dan balas mengangguk. Pagi itu satu transaksi selesai dilakukan.

Sejatinya pembeli tadi tetap membayar dengan uang. Hanya saja fisik uang tidak terlihat, sebab pembeli membelanjakan uang elektronik yang berdiam di dalam ponsel.

Jangan bayangkan kejadian tadi terjadi di sebuah toko ritel modern, berpendingin udara, dan terletak di pusat kota. Interaksi antara penjual dan pembeli tadi bertempat di sebuah toko kecil yang umumnya dijumpai di pinggiran kota di Filipina.

Ya, di sana ponsel berfungsi tak ubahnya sebuah dompet. Sebab di dalam ponsel yang memiliki uang elektronik, konsumen dapat belanja di aneka gerai.

Transaksi tersebut dapat terjadi berkat layanan transformational mobile banking. International Finance Corporaion (IFC) mendefinisikan layanan ini sebagai layanan perbankan yang memanfaatkan kemajuan teknologi seluler bagi mereka yang belum mempunyai rekening bank.

Masyarakat dapat melakukan berbagai transaksi finansial, seperti menabung, mengecek saldo, mengirim uang, membayar cicilan, barang dan jasa. Yang paling mendapat keuntungan dari implementasi layanan ini adalah kelompok masyarakat yang tidak memiliki rekening bank karena berbagai kendala, seperti geografis, infrastruktur, biaya, juga lainnya.

Follow the Filipinos

Mengapa Filipina? Ajakan untuk mengikuti langkah Filipina ini juga dijumpai dalam sebuah artikel bertajuk A bank in every pocket? yang diturunkan oleh The Economist pada 15 November lalu. Filipina menyimpan kisah sukses bagaimana layanan transformational mobile banking berkembang dengan pesat.

Total populasi di negara tersebut mencapai 88,7 juta. Sekitar 50% dari total populasi tersebut merupakan penduduk yang berdiam di wilayah perdesaan. Penduduk miskin di negara ini mencapai 30% dari total populasi. Jumlah pengguna seluler di negara ini mencapai 47,5 juta.

Di Filipina, salah satu operator seluler yang menawarkan layanan Smart Money adalah Smart Communications. Dari total pelanggan sebesar 27 juta, hingga November tahun ini layanan tersebut mampu memikat sekitar 5,5 juta pengguna Smart Communication.

Selain Smart Communications, layanan sejenis yang juga mendulang sukses diperkenalkan oleh Globe Telecom. Layanan bertajuk G-Cash, yang merupakan sinergi antara Microenterprise Access to Banking Services (MABS) Filipina dan Globe Telecom, ini diperkenalkan sejak 2004.

Dibandingkan dengan anjungan tunai mandiri dan Internet banking yang umumnya hanya berkonsentrasi pada wilayah urban, layanan G-Cash dapat digunakan oleh pengguna seluler di kawasan perdesaan.

Pengguna seluler yang ingin memanfaatkan layanan ini tidak perlu memiliki rekening di bank. Sebelum menggunakan layanan, mereka harus mendaftar melalui ponsel. Sesudah itu mereka dapat mengisi uang elektronik dengan membelinya ke berbagai gerai yang telah ditunjuk. Mereka juga dapat mendapatkannya di bank, yang menjadi mitra Globe Telecom juga ke gerai Globe Telecom.

Layanan ini menggunakan menu SIM Tool Kit. Alhasil pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi tambahan. Semua transaksi dilakukan melalui short message services (SMS).

John Owens, Kepala Microenterprise Access to Banking Services (MABS) Filipina, menyebutkan salah satu kunci sukses dari layanan ini antara lain karena kemudahan penggunaan.

"Di Filipina SMS sudah menjadi sesuatu yang sangat populer. Semua orang menggunakannya. Kami mengadopsi itu ke dalam layanan ini. Aksesibilitas dan keterjangkauan dengan cara menerapkan tarif yang murah dan gratis untuk beberapa aktivitas, misalnya transfer, registrasi, dan cek saldo, menjadi kunci lain dari keberhasilan layanan ini."

G-Cash kini memiliki 1,5 juta pelanggan. Layanan ini juga didukung oleh lebih dari 600 mitra dan lebih dari 6.000 gerai yang menerima G-Cash sebagai alat pembayaran. Setiap bulan total transaksi melalui G-Cash mencapai US$100 juta.

Regulasi memegang peran penting dalam keberhasilan layanan ini. Owens mengatakan Bank Sentral Filipina sangat mendukung dan paham betul akan pentingnya layanan electronic banking. Bank Sentral Filipina mengeluarkan regulasi yang mengatur mengenai manajemen risiko dan perlindungan konsumen pengguna e-banking.

Owens menambahkan dukungan Bank Sentral Filipina juga didapat karena layanan ini sesuai dengan hukum pencegahan pencucian uang. Semua pengguna G-Cash adalah pengguna terdaftar dan otoritas juga dapat melacak lalu lintas pergerakan uang jika diperlukan.

Potensi Indonesia

Owens mengatakan secara umum kondisi yang terdapat di Filipina tidak berbeda jauh dengan Indonesia. Di sini pamor SMS juga masih tinggi. Pengguna seluler kerap menggunakan layanan ini untuk berkomunikasi. Masyarakat Indonesia juga banyak yang tinggal di daerah pelosok di mana jasa perbankan belum tersedia.

Brigit Helms, Pemimpin Sektor Keuangan IFC untuk Asia, mengatakan potensi layanan transformational mobile banking sangat besar.

Pengguna seluler di Indonesia mencapai 80 juta hingga akhir tahun. Adapun jumlah rekening bank hanya separuh dari jumlah pengguna seluler. Layanan ini akan memperlebar akses ke layanan finansial bagi pengguna seluler.

Helms mengatakan regulasi yang belum dikeluarkan oleh Bank Indonesia membuat layanan ini belum dapat diperkenalkan di sini. IFC, lanjut dia, akan bekerja sama dengan pembuat kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif agar layanan ini dapat diterapkan di Indonesia.

Inisiatif untuk menggelar layanan ini sudah diambil Telkomsel dengan menggelar T-Cash pada 22 November. Operator seluler ini didukung oleh Bank Indonesia, merchant, seperti Indomaret dan Modern Foto, juga kalangan perbankan, seperti Bank Nasional Indonesia, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Mandiri, serta Departemen Pendidikan Nasional yang bertindak sebagai penyedia konten akademis yang bisa dibeli dari berbagai perguruan tinggi.

Kelak jika regulasi sebagai payung yang mengatur layanan ini semakin jelas ditunjang dengan pemilihan model bisnis yang tepat bukan tak mungkin kemudahan dan keragaman akses perbankan termasuk transaksi person-to-person dapat dinikmati semudah menikmati layanan seluler, kapan saja, dan di mana saja. ( Alamat e-mail ini telah dilindungi dari tindakan spam bots, Anda butuh Javascript dan diaktifkan untuk melihatnya )

 
< Sebelumnya   Selanjutnya >

Login






Lupa Kata Sandi?
Bukan Anggota, Silahkan? Daftar

Menu Utama

Publikasi

Regulasi